DEFINISI
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding usus.
Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.
Pada beberapa dekade yang lalu, penyakit Crohn lebih sering ditemukan di negara barat dan negara berkembang. Terjadi pada pria dan wanita, lebih sering pada bangsa Yahudi, dan cenderung terjadi pada keluarga yang juga memiliki riwayat kolitis ulserativa.
Kebanyakan kasus muncul sebelum umur 30 tahun, paling sering dimulai antara usia 14-24 tahun.
Penyakit ini mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang terdapat daerah normal diantara daerah yang terkena.
Pada sekitar 35 % dari penderita penyakit Crohn, hanya ileum yang terkena. Pada sekitar 20%, hanya usus besar yang terkena. Dan pada sekitar 45 %, ileum maupun usus besar terkena.
PENYEBAB
Penyebab penyakit Crohn tidak diketahui.
Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu:
- Kelainan fungsi sistim pertahanan tubuh
- Infeksi
- Makanan.
GEJALA
Gejala awal yang paling sering ditemukan adalah diare menahun, nyeri kram perut, demam, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan atau rasa penuh pada perut bagian bawah, lebih sering di sisi kanan.
Komplikasi yang sering terjadi dari peradangan ini adalah penyumbatan usus, saluran penghubung yang abnormal (fistula) dan kantong berisi nanah (abses).
Fistula bisa menghubungkan dua bagian usus yang berbeda. Fistula juga bisa menghubungkan usus dengan kandung kemih atau usus dengan permukaan kulit, terutama kulit di sekitar anus.
Adanya lobang pada usus halus (perforasi usus halus) merupakan komplikasi yang jarang terjadi.
Jika mengenai usus besar, sering terjadi perdarahan rektum. Setelah beberapa tahun, resiko menderita kanker usus besar meningkat.
Sekitar sepertiga penderita penyakit Crohn memiliki masalah di sekitar anus, terutama fistula dan lecet (fissura) pada lapisan selaput lendir anus.
Penyalit Crohn dihubungkan dengan kelainan tertentu pada bagian tubuh lainnya, seperti batu empedu, kelainan penyerapan zat gizi dan penumpukan amiloid (amiloidosis).
Bila penyakit Crohn menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita juga bisa mengalami :
- peradangan sendi (artritis)
- peradangan bagian putih mata (episkleritis)
- luka terbuka di mulut (stomatitis aftosa)
- nodul kulit yang meradang pada tangan dan kaki (eritema nodosum) dan
- luka biru-merah di kulit yang bernanah (pioderma gangrenosum).
Jika penyakit Crohn tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita masih bisa mengalami :
- peradangan pada tulang belakang (spondilitis ankilosa)
- peradangan pada sendi panggul (sakroiliitis)
- peradangan di dalam mata (uveitis) dan
- peradangan pada saluran empedu (kolangitis sklerosis primer).
Pada anak-anak, gejala-gejala saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare sering bukan merupakan gejala utama dan bisa tidak muncul sama sekali.
Gejala utamanya mungkin berupa peradangan sendi, demam, anemia atau pertumbuhan yang lambat.
Pola umum dari penyakit Crohn
Gejala-gejala penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum terjadi, yaitu :
1. Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan
2. Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah
3. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan kurang gizi dan kelemahan menahun
4. Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses), yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan penurunan berat badan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare berulang, terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan pada sendi, mata dan kulit.
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi penyakit Crohn, namun pemeriksaan darah bisa menunjukan adanya:
- anemia
- peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih
- kadar albumin yang rendah
- tanda-tanda peradangan lainnya.
Barium enema bisa menunjukkan gambaran yang khas untuk penyakit Crohn pada usus besar.
Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) dan biopsi untuk memperkuat diagnosis.
CT scan bisa memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses, namun tidak digunakan secara rutin sebagai pemeriksaan diagnostik awal.
PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan untuk membantu mengurangi peradangan dan meringankan gejalanya.
Kram dan diare bisa diatasi dengan obat-obat antikolinergik, difenoksilat, loperamide, opium yang dilarutkan dalam alkohol dan codein. Obat-obat ini diberikan per-oral (melalui mulut) dan sebaiknya diminum sebelum makan.
Untuk membantu mencegah iritasi anus, diberikan metilselulosa atau preparat psillium, yang akan melunakkan tinja.
Sering diberikan antibiotik berspektrum luas.
Antibiotik metronidazole bisa membantu mengurangi gejala penyakit Crohn, terutama jika mengenai usus besar atau menyebabkan terjadinya abses dan fistula sekitar anus.
Penggunaan metronidazole jangka panjang dapat merusak saraf, menyebabkan perasaan tertusuk jarum pada lengan dan tungkai. Efek samping ini biasanya menghilang ketika obatnya dihentikan, tapi penyakit Crohn sering kambuh kembali setelah obat ini dihentikan.
Sulfasalazine dan obat lainnya dapat menekan peradangan ringan, terutama pada usus besar. Tetapi obat-obat ini kurang efektif pada penyakit Crohn yang kambuh secara tiba-tiba dan berat.
Kortikosteroid (misalnya prednisone), bisa menurunkan demam dan mengurangi diare, menyembuhkan sakit perut dan memperbaiki nafsu makan dan menimbulkan perasaan enak. Tetapi penggunaan kortikosteroid jangka panjang memiliki efek samping yang serius. Biasanya dosis tinggi dipakai untuk menyembuhkan peradangan berat dan gejalanya, kemudian dosisnya diturunkan dan obatnya dihentikan sesegera mungkin.
Obat-obatan seperti azatioprin dan mercaptopurine, yang merubah kerja dari sistim kekebalan tubuh, efektif untuk penyakit Crohn yang tidak memberikan respon terhadap obat-obatan lain dan terutama digunakan untuk mempertahankan waktu remisi (bebas gejala) yang panjang.
Obat ini mengubah keadaan penderita secara keseluruhan, menurunkan kebutuhan akan kortikosteroid dan sering menyembuhkan fistula.Tetapi obat ini sering tidak memberikan keuntungan selama 3-6 bulan dan bisa menyebabkan efek samping yang serius. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang ketat terhadap kemungkinan terjadinya alergi, peradangan pankreas (pankreatitis) dan penurunan jumlah sel darah putih.
Formula diet yang ketat, dimana masing-masing komponen gizinya diukur dengan tepat, bisa memperbaiki penyumbatan usus atau fistula, minimal untuk waktu yang singkat dan juga dapat membantu pertumbuhan anak-anak. Diet ini bisa dicoba sebelum pembedahan atau bersamaan dengan pembedahan.
Kadang-kadang zat makanan diberikan melalui infus, untuk mengkompensasi penyerapan yang buruk, yang sering terjadi pada penyakit Crohn.
Bila usus tersumbat atau bila abses atau fistula tidak menyembuh, mungkin dibutuhkan pembedahan.
Pembedahan untuk mengangkat bagian usus yang terkena dapat meringankan gejala namun tidak menyembuhkan penyakitnya.
Peradangan cenderung kambuh di daerah sambungan usus yang tertinggal. Pada hampir 50% kasus, diperlukan pembedahan kedua. Karena itu, pembedahan dilakukan hanya bila timbul komplikasi atau terjadi kegagalan terapi dengan obat.
PROGNOSIS
Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai usus halus. Tetapi penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak teratur sepanjang hidup penderita. Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat, bisa sebentar atau lama.
Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu episode baru atau yang menentukan keganasannya tidak diketahui.
Peradangan cenderung berulang pada daerah usus yang sama, namun bisa menyebar pada daerah lain setelah daerah yang pernah terkena diangkat melalui pembedahan.
Penyakit Crohn biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa penderita meninggal karena kanker saluran pencernaan yang timbul pada penyakit Crohn yang menahun.
Minggu, 10 Oktober 2010
Herpes Genitalis
DEFINISI
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata).
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
GEJALA
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.
Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Untuk memperkuat diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.
PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata).
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
GEJALA
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.
Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Untuk memperkuat diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.
PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
Asma adalah penyakit keturunan
Fakta Seputar ASMA
Asma adalah penyakit keturunan
Fakta: Asma adalah penyakit yang berhubungan dengan faktor genetik. Bahkan menurut penelitian, sebanyak 30% penderita asma, memiliki keluarga dekat yang juga menderita asma. Apabila seorang ibu menderita asma, maka kemungkinan besar anaknya dapat menderita asma. Tetapi, apabila seorang ayah yang menderita asma, maka kemungkinan anaknya menderita asma akan lebih kecil.
Asma dapat menular
Fakta: Penyakit dapat menular ke orang lain apabila penyakit tersebut disebabkan oleh kuman, seperti parasit, bakteri, virus dan jamur. Asma bukan disebabkan ketiga hal diatas walau ketiganya dapat menjadi pencetus serangan asma. Jadi, asma tidak dapat menular.
Serangan asma dapat timbul berhubungan dengan binatang kecoa.
Fakta: Pencetus asma terdiri dari berbagai hal, diantaranya debu, udara dingin, aktifitas fisik yang berlebih, juga serpihan kulit atau rambut binatang. Serpihan kulit kecoa dapat mencetuskan serangan asma, walaupun kecoa tersebut sudah menjadi bangkai. Keadaan ini ditemukan pada lingkungan yang tidak bersih
Asma dapat menyebabkan kematian
Fakta: Dapat ! Kematian dapat terjadi baik karena asmanya sendiri maupun komplikasinya. Penelitian menunjukkan bahwa kematian terutama di luar rumah sakit. Faktor yang menyebabkanya antara lain penderita terlalu menganggap enteng penyakitnya. Di samping itu, sering dijumpai penderita tidak mempunyai persediaan obat anti asma, padahal serangan asma dapat terjadi sewaktu-waktu.
Penderita asma tidak boleh menyusui.
Fakta: Tidak benar. Air Susu Ibu (ASI) memberikan zat anti untuk melawan berbagai penyakit pada bayi, sehingga lebih baik apabila penderita asma memberikan ASI pada bayi yang juga mempunyai bakat alergi. Obat asma, terutama yang bentuk hiurp (Aerosol) aman karena tidak keluar melalui asma
Asma tidak dapat disembuhkan.
Fakta: Pada penyandang asma, walau tanpa gejala klinis, sebenarnya peradangan dalam saluran nafas terus menerus terjadi. Dengan kata lain, asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol untuk mencegah serangan. Dengan pengobatan yang teratur asma dapat dikontrol sehingga gejalanya tidak ada lagi.
Sumber: Majalah Dokter Kita. Juli 2006.
Daftar Pencetus ASMA
Alergen:
-Debu rumah, tungau debu rumah, spora jamur, serpihan kulit binatang seperti kucing, anjing dan hewan berbulu lainnya
-Air liur dan air kencing binatang peliharaan
-Debu rumah terdiri dari bermacam alergen, seperti sisa makanan, potongan rambut, kulit binatang, kecoa dan serangga lainnya
Infeksi saluran nafas :
- Paling sering ditemukan sebagai pencetus asma
- Terutama infeksi virus
Stres emosional :
- Dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa
Kegiatan jasmani :
-Olahraga yang dilakukan tanpa pemanasan dan pendinginan yang baik dapat mencetus serangan asma
-Jenis, lama dan beratnya olahraga menentukan timbulnya serangan asma
Obat-obatan:
-Paling sering adalah obat-obatan penyekat reseptor beta (biasa dipakai untuk pengobatan jantung dan hipertensi)
-Aspirin dan anti-rematik (jarang)
Polusi udara:
- Polusi asap kendaraan, polusi rokok, semprotan obat nyamuk, semprotan obat rambut dan jenis polusi lainnya
Lain-lain :
-Perubahan cuaca/udara (perubahan suhu mendadak, kelembaban yang tinggi), tertawa terbahak-bahak, dan masuknya asam dari lambung ke saluran nafas.
-Zat pengawet makanan (asam benzoat), zat pewarna kuning tartazin
Asma adalah penyakit keturunan
Fakta: Asma adalah penyakit yang berhubungan dengan faktor genetik. Bahkan menurut penelitian, sebanyak 30% penderita asma, memiliki keluarga dekat yang juga menderita asma. Apabila seorang ibu menderita asma, maka kemungkinan besar anaknya dapat menderita asma. Tetapi, apabila seorang ayah yang menderita asma, maka kemungkinan anaknya menderita asma akan lebih kecil.
Asma dapat menular
Fakta: Penyakit dapat menular ke orang lain apabila penyakit tersebut disebabkan oleh kuman, seperti parasit, bakteri, virus dan jamur. Asma bukan disebabkan ketiga hal diatas walau ketiganya dapat menjadi pencetus serangan asma. Jadi, asma tidak dapat menular.
Serangan asma dapat timbul berhubungan dengan binatang kecoa.
Fakta: Pencetus asma terdiri dari berbagai hal, diantaranya debu, udara dingin, aktifitas fisik yang berlebih, juga serpihan kulit atau rambut binatang. Serpihan kulit kecoa dapat mencetuskan serangan asma, walaupun kecoa tersebut sudah menjadi bangkai. Keadaan ini ditemukan pada lingkungan yang tidak bersih
Asma dapat menyebabkan kematian
Fakta: Dapat ! Kematian dapat terjadi baik karena asmanya sendiri maupun komplikasinya. Penelitian menunjukkan bahwa kematian terutama di luar rumah sakit. Faktor yang menyebabkanya antara lain penderita terlalu menganggap enteng penyakitnya. Di samping itu, sering dijumpai penderita tidak mempunyai persediaan obat anti asma, padahal serangan asma dapat terjadi sewaktu-waktu.
Penderita asma tidak boleh menyusui.
Fakta: Tidak benar. Air Susu Ibu (ASI) memberikan zat anti untuk melawan berbagai penyakit pada bayi, sehingga lebih baik apabila penderita asma memberikan ASI pada bayi yang juga mempunyai bakat alergi. Obat asma, terutama yang bentuk hiurp (Aerosol) aman karena tidak keluar melalui asma
Asma tidak dapat disembuhkan.
Fakta: Pada penyandang asma, walau tanpa gejala klinis, sebenarnya peradangan dalam saluran nafas terus menerus terjadi. Dengan kata lain, asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol untuk mencegah serangan. Dengan pengobatan yang teratur asma dapat dikontrol sehingga gejalanya tidak ada lagi.
Sumber: Majalah Dokter Kita. Juli 2006.
Daftar Pencetus ASMA
Alergen:
-Debu rumah, tungau debu rumah, spora jamur, serpihan kulit binatang seperti kucing, anjing dan hewan berbulu lainnya
-Air liur dan air kencing binatang peliharaan
-Debu rumah terdiri dari bermacam alergen, seperti sisa makanan, potongan rambut, kulit binatang, kecoa dan serangga lainnya
Infeksi saluran nafas :
- Paling sering ditemukan sebagai pencetus asma
- Terutama infeksi virus
Stres emosional :
- Dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa
Kegiatan jasmani :
-Olahraga yang dilakukan tanpa pemanasan dan pendinginan yang baik dapat mencetus serangan asma
-Jenis, lama dan beratnya olahraga menentukan timbulnya serangan asma
Obat-obatan:
-Paling sering adalah obat-obatan penyekat reseptor beta (biasa dipakai untuk pengobatan jantung dan hipertensi)
-Aspirin dan anti-rematik (jarang)
Polusi udara:
- Polusi asap kendaraan, polusi rokok, semprotan obat nyamuk, semprotan obat rambut dan jenis polusi lainnya
Lain-lain :
-Perubahan cuaca/udara (perubahan suhu mendadak, kelembaban yang tinggi), tertawa terbahak-bahak, dan masuknya asam dari lambung ke saluran nafas.
-Zat pengawet makanan (asam benzoat), zat pewarna kuning tartazin
Langganan:
Postingan (Atom)